Menyambut "The Game Changer" Inovasi Indonesia
Dalam laporan interimnya, Organization for Economic Co-operation and Development (OECD); mewacanakan bahwa revolusi teknologi ke depan merupakan kombinasi dari tiga arus utama teknologi dan inovasi: (a) teknologi digital (seperti: 3D-Printing, Internet of Things/IoT, robot canggih), (b) teknologi material baru, baik yang berbasis "bio" maupun "nano", serta (c) inovasi proses-proses dan model bisnis, seperti produksi berbasis data / data-driven production, kecerdasan buatan (AI), serta biologi sintetis. Ketiganya, jika kita kuasai, akan merevolusikan inovasi untuk dapat menghasilkan lompatan-lompatan produktivitas, menghasilkan kompetensi-kompetensi baru, pemerataan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, maupun solusi-solusi bagi kelestarian lingkungan.
Ancaman Covid-19 yang terjadi sejak akhir tahun 2019, selain menyebabkan musibah secara global termasuk bagi Indonesia. Namun demikian, situasi keterpaksaan akibat berbagai krisis dan hambatan, kita sadari ataupun tidak, justru telah mengakselerasikan berbagai inovasi berbasis teknologi khususnya teknologi digital, yang populer dikenal dengan istilah "online". Sekalipun di sisi lain, inovasi ini juga telah menghancurkan banyak kegiatan ekonomi dan sosial khususnya yang bersifat "offline". Hal ini dibarengi pula dengan mencuatnya berbagai inovasi dalam model dan kolaborasi bisnis yang menampilkan para "Unicorns" Indonesia yang sungguh membanggakan, dan juga membesarkan hati; di tengah situasi pandemi. Namun, mereka umumnya adalah inovasi berbasis aplikasi teknologi digital pada berbagai model bisnis, untuk mengatasi masalah dan hambatan transaksi, komunikasi dan interaksi di masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Padahal, saat kita membahas soal kebijakan riset dan inovasi nasional; umumnya kita membayangkan upaya mendorong penciptaan "nilai tambah" atas kekayaan sumber daya Indonesia - khususnya sumber daya alam - baik untuk menghasilkan produk yang bermutu, mengurangi ketergantungan kita pada produk impor, bahkan menghasilkan produk ekspor yang berdaya saing; yang pada gilirannya akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Sejalan dengan itu, investasi dan anggaran pemerintah di Litbang Kementerian maupun Non-Kementerian (sekarang di bawah koordinasi BRIN) di berbagai sektor keilmuan dan teknologi, juga terfokus pada asumsi ini; yang relatif sedikit terkait ke teknologi digital.
Oleh karena itu, kehadiran PT Nanotech Indonesia Global Tbk., yang segera "melantai" di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah menutup penawaran saham perdananya pada 8 Maret 2022 mendatang, bisa menandai datangnya era baru bagi inovasi di Indonesia. Kita berharap dengan keberhasilan PT Nanotech Indonesia Global Tbk. melantai di BEI nanti, kita akan merayakan datangnya "The Game Changer" bagi prakarsa inovasi di Indonesia; yang akan menjadi lokomotif penghela untuk menghilirkan banyak sekali rangkaian gerbong inovasi berbasis kekayaan Indonesia, yang sebenarnya telah menanti sejak lama.
Salam inovasi Indonesia!
(KS/050322)